Figur Wayang Sarpakenaka
Tokoh Sarpakenaka dalam bentuk wayang kulit purwa buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Sarpakenaka
Sarpakenaka adalah anak ke tiga dari pasangan Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi, menyusul dua kakaknya yang bernama Rahwana atau Dasamuka dan Kumbokarno. Ia berujud raseksi atau raksasa perempuan. Jika Kakak sulungnya dinamakan Rahwana karena ia lahir dihutan dan berupa gumpalan darah, nama Sarpakenaka diberikan karena ia lahir berujud kuku ular. Kuku artinya kenaka dan sarpa artinya ular. Ia adalah sosok raseksi yang jahat bengis dan kejam. Sifat dan watak yang demikian ini mirip sekali dengan watak Rahwana kakaknya. Sarpakenaka sangat sakti. Senjata andalannya adalah kuku beracun di jari-jari tangannya.
Sarpakenaka diberi kedudukkan yang tinggi oleh kakaknya di Negara Alengka dan tinggal di Gutaka. Ia adalah wanita yang mempunyai dorongan akan kebutuhan seks lebih besar dibanding dengan kebutuhan seks wanita-wanita dan raseksi-raseksi pada umumnya. Oleh karenanya untuk memenuhi kebutuhan akan seksualitasnya Sarpakenaka mempunyai tiga suami yaitu Kala Nopati, Dusakarana, Kala Dusana, masih ditambah lagi dengan suami simpanannya antara lain Anggisrana dan Kala Marica. Dari sekian suami resmi dan suami simpanan tersebut Sarpakenaka melahirkan satu anak yang diberi nama Dewi Jarini.
Pada waktu Negara Alengka diserbu oleh Rama dan puluhan laksa prajurit kera untuk merebut Dewi Sinta yang diculik Dasamuka, Sarpakenaka dipilih menjadi senopati. Dengan kukunya yang beracun ia berhasil membunuh prajurit kera dalam jumlah yang besar. Ketika Sarpakenaka semakin membabi buta, Anoman senapati Prabu Rama dari Pancawati menghadangnya. Maka kemudian pertempuran sengit antara ke dua senapati pun terjadi. Sarpakenaka sulit untuk dikalahkan.
Wibisana, adik Sarpakenaka yang membelot kepada Prabu Rama mendekati Anoman untuk menunjukkan celah kelemahan Sarpakenaka kakaknya. Dikatakan oleh Wibisana bahwa kesaktian Sarpakenaka berada di kukunya. Maka untuk mengalahkan Sarpakenaka, jari-jari kukunya harus dipatahkan terlebih dahulu. Dengan segera Anoman melaksanakan apa yang dikatakan Wibisana. Kukusakti pada jarinya yang selama pertempuran selalu dihindari Anoman, kali ini justru menjadi sasaran serangan. Gerakan Anoman yang sangat cepat dan tak terduga arahnya mampu mengecoh Sarpakenaka. Akibatnya kukusakti Sarpakenaka dapat dipatahkan, dan gugurlah Sarpakenaka di Medan laga.
herjaka HS