Figur Wayang Kunti
Kunti atau Dewi Prita adalah anak Raja Kuntiboja dari negara Mandura. Setiap ada tamu kehormatan yang datang di negara Mandura, Kunti lah yang mendapat kepercayaan oleh Prabu Kuntiboja untuk menyambut tamu kehormatan tersebut. Karena perangainya yang lembut, sabar dan mempesona, banyak tamu negara yang memuji cara Kunti menjamu tamu-tamunya. Salah satu tamu kehormatan yang sangat kagum kepada kunthi adalah seorang begawan sakti dan nyentrik bernama Begawan Druwasa. Saking senangnya kepada Kunti, Begawan Druwasa mengangkat Kunti sebagai murid dan memberi mantra sakti aji pameling atau Aditya Herdaya, yang dapat mendatangkan dewa sesuai dengan keinginannya.
Disuatu pagi nan cerah, Kunthi sengaja bermalas-malasan di tempat tidur, sehingga hari semakin siang. Sinar matahari mulai menembus celah-celah kamarnya. Oh begitu indah sinar mentari di siang itu, Kunthi terhenyak dari tilam sari dan segera mandi.
Masih terpana dengan indahnya sinar surya disiang itu, pada saat mandi Kunti membayangkan betapa indahnya pula Dewa yang berada dibalik keindahan matahari tersebut. Niatnya untuk bertemu dengan dewa Surya semakin kuat, maka kemudian Kunti membaca mantra aji Aditya Herdaya. Selesai mantra dibaca, Dewa Surya datang menemui Kunti. Akibat dari pertemuan tersebut Kunti hamil. Raja Kuntiboja murka, Kunti akan disingkirkan dari negara Mandura, karena telah mencemarkan nama orang tua dan kewibawaan negara Mandura.
Namun sebelum Prabu Kuntiboja menghukum Kunti, Begawan Druwasa datang untuk menolong Kunti muridnya. Dengan kesaktiannya, bayi yang ada di dalam kandungan dikeluarkan melalui telinga, sehingga Kunti masih tetap perawan. Bayi yang lahir melalui telinga tersebut diberi nama Karno, yang artinya telinga. Atas perintah Prabu Kuntiboja bayi tersebut di masukan ke dalam kendaga dengan pakaian lengkap kemudian hanyutkan di sungai Gangga.
Agar peristiwa memalukan tidak terulang lagi, Prabu Kuntiboja berniat menikahkan Kunti dengan membuka sayembara. Dan sayembara tersebut dimenangkan oleh Pandudewanata. Kunti kemudian dinikahkan dengan Pandudewanata, raja Hastinapura.
Dalam perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga, Pandudewanata mendapat kutukan dari Resi Kimindamana, bahwa dirinya akan mati mendadak jika melakukan hubungan suami istri. Oleh karena kutuk tersebut, Kunti sebagai pendamping yang setia ingin membesarkan hati Pandu agar jangan putus asa, masih ada harapan untuk masa depan Hastinapura. “Masa depan Hastinapura senantiasa gelap adanya, karena kutukan Resi Kimindama, aku tidak mampu memberikan anak keturunan untuk menyambung tahta Hastinapura.” Kunti meyakinkan bahwa masih ada harapan untuk masa depan Hastinapura yang cerah. Tiba-tiba wajah Pandu yang murung berubah cerah. Ia teringat akan cerita Kunti tentang mantra sakti aji Aditya Herdaya pemberian Begawan Druwasa.
Dengan penuh kesungguhan, Pandu memohon kepada Kunti agar bersedia mengetrapkan mantra aji Aditya Herdaya untuk mendapatkan anak demi masa depan Hastinapura.
Karena ketaatannya kepada Pandu, maka kemudian dengan mantra sakti Aditya Herdaya Kunti mendatangkan tiga dewa sesuai dengan keinginan Pandu, yaitu dewa Darma, Dewa Bayu dan dewa Indra. Dari ketiga dewa itulah Kunti melahirkan Puntadewa, Bimasena dan Harjuna. Setelah itu Kunti mengajari Dewi Madrim istri Pandu yang satunya, untuk membaca mantra sakti pemberian Begawan Druwasa. Maka kemudian datanglah dewa kembar yang bernama dewa Aswan dan dewa Aswin. Dari mereka berdua, Dewi Madrim melahirkan anak kembar yang diberi nama Pinten dan Tangsen, atau Nakula dan Sadewa.
Kunti adalah seorang wanita yang sabar, taat dan setia pada suami dan sangat mencintai anak-anaknya. Ia adalah sosok pendamping yang mampu memberikan cahaya, dikala pasangannya sedang jatuh dalam gelap.
herjaka HS