Figur Wayang Kumbakarna
Kumbakarna dalam bentuk wayang kulit, buatan Kaligesing Purworejo,
koleksi Tembi Rumah Budaya (foto: Sartono)
Kumbakarna
Kumbakarna adalah anak nomor dua dari empat bersaudara. Ia dan tiga saudara lainnya yaitu: Dasamuka, Sarpakenaka dan Wibisana merupakan anak-anak yang dilahirkan dari pasangan Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi. Sesungguhnya Begawan Wisrawa tidak berniat memperistri Sukesi. Konon pada awalnya Wisrawa bermaksud melamarkan anaknya. Namun setelah berhadapan dengan Dewi Sukesi, Wisrawa tak kuasa menahan nafsunya. Benih yang disemai oleh Wisrawa ke dalam rahim Sukesi adalah benih nafsu yang tak terkendali. Oleh karenanya keempat anaknya masing-masing mempunyai nafsu yang berlebihan. Kumbakarna mempunyai nafsu yang sangat besar dalam hal makan dan tidur.
Walaupun Kumbakarna berujud raksasa menakutkan sebesar gunung anakan, hatinya jujur dan lembut. Ia tidak senang dengan tindakan jahat dan perilaku angkaramurka. Maka ketika Dasamuka kakaknya menculik dewi Sinta isteri Prabu Rama, Kumbakarna tidak setuju. Ia menyarankan agar Sinta dikembalikan kepada Rama. Tetapi saran Kumbakarna ditolak, bahkan ia dimarahi dan diusir oleh Dasamuka. Maka pulanglah Kumbakarna ke Pangleburgangsa dan melakukan tapa tidur sampai berhari-hari.
Bersamaan dengan tapanya Kumbakarna, negara Alengka diserbu oleh prajurit kera bala tentara Prabu Rama, dan terjadilah perang besar. Satu demi satu senapati Alengka gugur. Dasamuka kawatir jika hal ini dibiarkan prajuritnya pasti akan habis. Maka diutuslah Indrajit anaknya, untuk membangunkan Kumbakarna. Dengan cara mencabut bulu di jari kaki Kumbakarna, indrajit berhasil membangunkan pamannya.
Setelah bangun dari tapa tidur, Kumbakarna diberi makan seribu tumpeng dan ingkung gajah. Dalam sekejap makanan yang disediakan tersebut habis dimakan. Setelah itu, Kumbakarna diperintahan oleh Dasamuka untuk maju berperang. Kumbakarna tersinggung, Ia tidak mau berperang hanya karena telah diberi makan. Maka dari itu makanan yang telah masuk ke dalam perut dimuntahkan kembali dengan bentuk utuh seperti sediakala. Kumbakarna juga tidak mau berperang membela Dasamuka yang menculik Sinta, tetapi Kumbakarna mau berperang untuk membela tanah air yang diserang musuh.
Dengan aji Gelapsaketi dan Kalamenga, Kumbakarna masuk ke medan perang. Ribuan prajurit kera mati ditangannya. Rama dan Leksmana cemas, jika dibiarkan prajurit kera akan habis oleh sepak terjang Kumbakarna. Maka kemudian majulah Rama dan Laksmana, menghadang Kumbakarna. Dengan panah saktinya Rama dan Laksmana berhasil memotong kedua tangan Kumbakarna. Tetapi Kumbakarna tetap mengamuk tanpa tangan. Korban semakin bertambah di pihak bala tentara kera. Rama dan Laksmana semakin menggencarkan serangan. Ketika Kumbakarna lengah, panah Rama dan Laksmana berhasil mengenai ke dua kaki Kumbakarna hingga putus.
Kumbakarna yang sudah tidak mempunyai kaki dan tangan masih mampu memberikan perlawanan dengan dahsyat. Dengan badannya ia bergulung-gulung membunuh musuh. Bagaikan ilalang yang dibabat petani, para kera mati bergelimpangan di medan pertempuran.
Melihat kejadian yang mengenaskan itu Rama tidak membiarkan prajuritnya habis menjadi korban amukan Kumbakarna. Panah andalan yang bernama Guwawijaya dilepaskan kearah leher Kumbakarna. Dan gugurlah adik Dasamuka itu sebagai pahlawan yang membela negara.
Kumbakarna meninggalkan satu isteri bernama Dewi Kiswani dan anak laki-laki yaitu, Kumba-kumba dan Aswani Kumba. Mereka tinggal di kasatrian Pangleburgangsa.
herjaka HS